What you'll do
Sebagai warga penduduk Indonesia yang terdiri dari ratusan bahkan ribuan etnis dan suku, kemungkinan besar dari kita pasti memiliki teman yang berasal dari suku Batak, atau mungkin kamu yang lagi baca saat ini juga berasal dari suku Batak. Suku Batak yang berasal dari Sumatera Utara ini memang sudah lama berkembara dari kampung halamannya menuju ke berbagai kota besar di Indonesia demi kehormatan dan kesuksesan. Namun, saat orang Batak pergi dari kampung halamannya, ia bukan hanya pergi membawa diri saja, namun juga dengan segala tradisi dan adat istiadatnya. Tercatat dalam The Ethnic Profile of Djakarta, orang Batak pertama kali merantau ke Jakarta pada tahun 1907. Sejak saat itu, dimulailah pembuatan jejak suku Batak di kota ini dengan pembangunan perkampungan Batak, gereja khusus Batak, dan deretan lapo atau kedai khas Batak. Hal ini juga terjadi di berbagai kota yang menjadi tempat perantauan suku Batak lainnya. Untuk lebih mengenal suku Batak beserta sejarah dari asal-usulnya, yuk kita kunjungi 5 museum Batak yang berada di sekitar Danau Toba berikut ini:
Sebagai warga penduduk Indonesia yang terdiri dari ratusan bahkan ribuan etnis dan suku, kemungkinan besar dari kita pasti memiliki teman yang berasal dari suku Batak, atau mungkin kamu yang lagi baca saat ini juga berasal dari suku Batak. Suku Batak yang berasal dari Sumatera Utara ini memang sudah lama berkembara dari kampung halamannya menuju ke berbagai kota besar di Indonesia demi kehormatan dan kesuksesan. Namun, saat orang Batak pergi dari kampung halamannya, ia bukan hanya pergi membawa diri saja, namun juga dengan segala tradisi dan adat istiadatnya. Tercatat dalam The Ethnic Profile of Djakarta, orang Batak pertama kali merantau ke Jakarta pada tahun 1907. Sejak saat itu, dimulailah pembuatan jejak suku Batak di kota ini dengan pembangunan perkampungan Batak, gereja khusus Batak, dan deretan lapo atau kedai khas Batak. Hal ini juga terjadi di berbagai kota yang menjadi tempat perantauan suku Batak lainnya. Untuk lebih mengenal suku Batak beserta sejarah dari asal-usulnya, yuk kita kunjungi 5 museum Batak yang berada di sekitar Danau Toba berikut ini:
Your itinerary
1. Museum Huta Bolon Simanindo
Museum Huta Bolon Simanindo terletak di sisi utara Pulau Samosir. Museum ini dulunya merupakan kompleks kediaman Raja Sidauruk beserta 14 istrinya sampai akhirnya dibuka untuk umum sebagai museum pada tahun 1969. Koleksi dari Museum Huta Bolon ini berupa peninggalan leluhur orang Batak Toba dari Samosir yang terdiri dari parhalaan, pustaha laklak, tunggal panaluan, dan solu bolon. Bangunan museum yang merupakan bangunan adat khas Batak bisa dijadikan latar foto yang bagus dan unik khas Batak. Jika kita berkunjung pada pukul 10.30 atau 11.45 siang, kita dapat menyaksikan pertunjukan tarian tortor dengan patung sigale-gale.
Museum Huta Bolon Simanindo terletak di sisi utara Pulau Samosir. Museum ini dulunya merupakan kompleks kediaman Raja Sidauruk beserta 14 istrinya sampai akhirnya dibuka untuk umum sebagai museum pada tahun 1969. Koleksi dari Museum Huta Bolon ini berupa peninggalan leluhur orang Batak Toba dari Samosir yang terdiri dari parhalaan, pustaha laklak, tunggal panaluan, dan solu bolon. Bangunan museum yang merupakan bangunan adat khas Batak bisa dijadikan latar foto yang bagus dan unik khas Batak. Jika kita berkunjung pada pukul 10.30 atau 11.45 siang, kita dapat menyaksikan pertunjukan tarian tortor dengan patung sigale-gale.
2. Museum Tomok
Selain Museum Huta Bolon Simanindo, di Pulau Samosir juga terdapat museum lainnya, yaitu Museum Tomok. Museum ini didirikan pada tahun 2005 dan dibangun menggunakan arsitektur Rumah Bolon, rumah Adat Batak Toba khusus untuk raja dan anggota keluarganya. Di museum ini, kita dapat melihat berbagai ukiran dan ornamen khas Batak bernama Gorga. Selain itu, terdapat berbagai koleksi yang memiliki nilai sejarah tinggi lainnya, seperti peralatan perang yang digunakan pada masa dahulu, beberapa benda-benda pertanian tradisional yang digunakan pada masa dahulu sebagai mata pencaharian masyarakat Batak, dan beberapa perlengkapan dapur. Selain peralatan sehari-hari di masa lampau, terdapat juga beberapa koleksi budaya etnis Batak seperti beberapa patung berbahan kayu serta beberapa kain tenun ulos yang memiliki bermacam-macam motif.
Selain Museum Huta Bolon Simanindo, di Pulau Samosir juga terdapat museum lainnya, yaitu Museum Tomok. Museum ini didirikan pada tahun 2005 dan dibangun menggunakan arsitektur Rumah Bolon, rumah Adat Batak Toba khusus untuk raja dan anggota keluarganya. Di museum ini, kita dapat melihat berbagai ukiran dan ornamen khas Batak bernama Gorga. Selain itu, terdapat berbagai koleksi yang memiliki nilai sejarah tinggi lainnya, seperti peralatan perang yang digunakan pada masa dahulu, beberapa benda-benda pertanian tradisional yang digunakan pada masa dahulu sebagai mata pencaharian masyarakat Batak, dan beberapa perlengkapan dapur. Selain peralatan sehari-hari di masa lampau, terdapat juga beberapa koleksi budaya etnis Batak seperti beberapa patung berbahan kayu serta beberapa kain tenun ulos yang memiliki bermacam-macam motif.
3. Museum Letjen Jamin Gintings
Museum Letjen Jamin Gintings dibangun dalam rangka menghormati pahlawan Nasional Letjen Jamin Ginting yang ikut berjuang pada masa penjajahan Jepang, serta Agresi Militer Belanda I dan II. Museum ini berlokasi di Desa Suka, Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang juga merupakan tanah kelahiran Letjen Jamin Ginting. Museum ini didirikan pada tahun 2011 dan diresmikan oleh Menteri Pertahanan RI pada tahun 2013. Disini kita dapat melihat berbagai koleksi barang pribadi milik Letjen serta catatan hidup beliau mulai dari beliau lahir hingga akhir hayatnya. Selain itu, museum ini juga menyimpan dan mengkonservasi berbagai barang-barang peninggalan khas Karo serta miniatur rumah adat Karo. Jika kita perhatikan bentuk bangunannya akan mengingatkan kita dengan bentuk kacang tanah. Desain bangunan berbentuk kacang tanah ini memiliki filosofi yang unik, dimana kacang tanah dilambangkan sebagai sesuatu yang melindungi isinya dari berbagai terpaan hujan, badai, maupun matahari. Selain melihat berbagai benda bersejarah, di museum ini kita juga dapat menikmati kuliner khas Batak Karo yang dijajakan oleh warga setempat di halaman museum.
Museum Letjen Jamin Gintings dibangun dalam rangka menghormati pahlawan Nasional Letjen Jamin Ginting yang ikut berjuang pada masa penjajahan Jepang, serta Agresi Militer Belanda I dan II. Museum ini berlokasi di Desa Suka, Kabupaten Karo, Sumatera Utara yang juga merupakan tanah kelahiran Letjen Jamin Ginting. Museum ini didirikan pada tahun 2011 dan diresmikan oleh Menteri Pertahanan RI pada tahun 2013. Disini kita dapat melihat berbagai koleksi barang pribadi milik Letjen serta catatan hidup beliau mulai dari beliau lahir hingga akhir hayatnya. Selain itu, museum ini juga menyimpan dan mengkonservasi berbagai barang-barang peninggalan khas Karo serta miniatur rumah adat Karo. Jika kita perhatikan bentuk bangunannya akan mengingatkan kita dengan bentuk kacang tanah. Desain bangunan berbentuk kacang tanah ini memiliki filosofi yang unik, dimana kacang tanah dilambangkan sebagai sesuatu yang melindungi isinya dari berbagai terpaan hujan, badai, maupun matahari. Selain melihat berbagai benda bersejarah, di museum ini kita juga dapat menikmati kuliner khas Batak Karo yang dijajakan oleh warga setempat di halaman museum.
4. Museum Batak TB Silalahi Center
Selain Letjen Jamin Ginting, tanah Batak juga merupakan tempat lahir pahlawan nasional lainnya, yaitu TB Silalahi. Jejak langkah dari TB Silalahi tersimpan aman di museum pribadi yang berlokasi di Desa Silalahi, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Selain mengoleksi barang-barang pribadi milik TB Silalahi dari beliau masih kecil sebagai anak penggembala kerbau hingga akhir hayatnya sebagai seorang Jenderal, museum ini dibangun dengan tujuan untuk menyatukan enam sub etnis Batak di Sumatera Utara, di antaranya Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Angkola, dan Pakpak. Selain itu, museum ini sebagai ruang untuk memotivasi para pemuda Batak melalui berbagai pencapaian TB Silalahi yang dikoleksi oleh museum.
Selain Letjen Jamin Ginting, tanah Batak juga merupakan tempat lahir pahlawan nasional lainnya, yaitu TB Silalahi. Jejak langkah dari TB Silalahi tersimpan aman di museum pribadi yang berlokasi di Desa Silalahi, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara. Selain mengoleksi barang-barang pribadi milik TB Silalahi dari beliau masih kecil sebagai anak penggembala kerbau hingga akhir hayatnya sebagai seorang Jenderal, museum ini dibangun dengan tujuan untuk menyatukan enam sub etnis Batak di Sumatera Utara, di antaranya Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Angkola, dan Pakpak. Selain itu, museum ini sebagai ruang untuk memotivasi para pemuda Batak melalui berbagai pencapaian TB Silalahi yang dikoleksi oleh museum.
5. Museum Pusaka Karo
Di museum ini, kita dapat mengenal lebih dalam salah satu sub etnis Batak yang ada di Sumatera Utara, yaitu Karo. Museum ini dulunya merupakan Gereja Katolik Santa Maria. Penggagas museum ini juga adalah seorang misionaris asal Belanda, Joosten Leonardus Edigius. Di museum ini, kita dapat menemukan koleksi sebanyak 800 benda antik yang berasal dari tahun 1700-an. Tidak hanya benda antik, museum ini juga menerima dan mengkonservasi barang-barang adat khas Karo pada masa ini yang disumbangkan oleh warga Karo. Terdapat berbagai alat pertanian, pertukangan serta alat berburu: amak mbelang dan amak cur, sejenis tikar yang dianyam; serta tempat menyimpan dan menumbuk sirih dengan aneka ragam dan ukiran. Tersimpan juga buku aksara kuno Batak Karo yang terbuat dari kulit kayu dan ditulis dengan tinta yang terbuat dari getah kayu.
Di museum ini, kita dapat mengenal lebih dalam salah satu sub etnis Batak yang ada di Sumatera Utara, yaitu Karo. Museum ini dulunya merupakan Gereja Katolik Santa Maria. Penggagas museum ini juga adalah seorang misionaris asal Belanda, Joosten Leonardus Edigius. Di museum ini, kita dapat menemukan koleksi sebanyak 800 benda antik yang berasal dari tahun 1700-an. Tidak hanya benda antik, museum ini juga menerima dan mengkonservasi barang-barang adat khas Karo pada masa ini yang disumbangkan oleh warga Karo. Terdapat berbagai alat pertanian, pertukangan serta alat berburu: amak mbelang dan amak cur, sejenis tikar yang dianyam; serta tempat menyimpan dan menumbuk sirih dengan aneka ragam dan ukiran. Tersimpan juga buku aksara kuno Batak Karo yang terbuat dari kulit kayu dan ditulis dengan tinta yang terbuat dari getah kayu.